NEWS BIDIK, Jepara – Proyek jalan aspal di Desa Pecangaan Wetan, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, yang bersumber dari Bantuan Provinsi (Banprov) senilai Rp200 juta menuai sorotan. Pasalnya, pekerjaan jalan yang baru selesai tersebut sudah menunjukkan kerusakan dan bahkan ditumbuhi rumput. Senen, (15/9/2025).
baca juga
Kapolri Berikan Tali Asih kepada Keluarga Komjen (Purn) Moehammad Jasin dan Veteran Seroja
Pantauan di lapangan memperlihatkan adanya celah dan retakan yang memunculkan rumput di permukaan jalan. Kondisi ini menimbulkan dugaan kuat bahwa pengerjaan proyek tidak sesuai spesifikasi teknis.
Spek Berubah, Indikasi Penyimpangan
Dalam papan proyek tertulis bahwa pekerjaan berupa rehabilitasi jalan rabat beton. Namun, di lapangan justru dilakukan pengaspalan hotmix. Bahkan, tulisan pada prasasti proyek juga menyebut rehab jalan aspal, bukan rabat beton.
baca juga
Presiden Prabowo Tegaskan Pasal 33 UUD 1945 Jadi Fondasi Pembangunan Ekonomi Nasional
Perubahan spesifikasi ini menimbulkan kecurigaan adanya penyalahgunaan kewenangan. Pasalnya, antara rabat beton dan aspal memiliki kualitas serta biaya yang jauh berbeda.
Rabat Beton
Umur teknis: 10–20 tahun
Biaya rata-rata: Rp650 ribu – Rp1,2 juta/m²
Tahan beban berat, tapi butuh waktu pengerasan lama
Aspal Hotmix
Umur teknis: 5–10 tahun
Biaya rata-rata: Rp120 ribu – Rp250 ribu/m²
Cepat digunakan, tapi mudah rusak jika beban berat atau ada genangan
Dengan perbedaan nilai tersebut, masyarakat mempertanyakan efektivitas penggunaan dana Rp200 juta.
Respons Petinggi Desa Tuai Kritik
Ketika dikonfirmasi melalui pesan WhatsApp, Petinggi Desa Pecangaan Wetan, Bayu Wjy, memberikan jawaban bernada risih.
“Aku ndak paham siapa… Terus nek wis entuk arep ngopo? Nelfonmu ora ngerti wayah, kok, wayah wong istirahat mbok telfoni,” ujarnya singkat.
baca juga
Sikap tersebut justru memicu dugaan bahwa pihak desa enggan terbuka soal kualitas proyek yang bersumber dari anggaran publik.
Pengawasan Lemah, Publik Dirugikan
Ujatko, perwakilan Lembaga Perlindungan Konsumen (LPK) Divisi Pengawasan Barang dan Jasa, menegaskan bahwa proyek jalan tidak bisa dikerjakan asal jadi.
“Kalau salah metode, dampaknya bukan hanya jalan cepat rusak, tapi juga merugikan masyarakat pengguna,” tegasnya.
Sementara itu, seorang ahli konstruksi jalan menyebut tumbuhnya rumput di permukaan aspal menunjukkan kesalahan metode.
“Kalau jalan sudah ditumbuhi rumput, berarti salah metode. Tidak ada lapisan penutup yang sesuai standar,” jelasnya.
Harapan Warga
Proyek senilai Rp200 juta ini kini menjadi sorotan publik. Warga berharap pemerintah daerah hingga aparat penegak hukum turun tangan mengevaluasi agar dana pembangunan tidak sia-sia.
“Kami butuh jalan yang benar-benar bermanfaat, bukan asal-asalan,” ujar salah satu warga setempat.