NEWS BIDIK, JAKARTA – Ribuan petani dari berbagai daerah, termasuk Pangandaran, mengepung kompleks DPR/MPR Senayan, Jakarta, pada Rabu (24/9/2025). Aksi yang digelar dalam rangka memperingati Hari Tani Nasional (HTN) ini menyoroti krisis agraria dan menegaskan bahwa kedaulatan pangan tak mungkin tercapai tanpa reforma agraria sejati.
baca juga
Presiden Prabowo Tegaskan Pasal 33 UUD 1945 Jadi Fondasi Pembangunan Ekonomi Nasional
Dengan terik matahari yang menyengat, massa aksi kompak meneriakkan yel-yel dan mengusung tema besar: “Tidak Ada Kedaulatan Pangan Tanpa Reforma Agraria Sejati, Rebut Kembali Kedaulatan, Lawan Perampas Tanah!”
Pertemuan Panas dengan DPR, KSP, dan 4 Menteri
Perwakilan petani akhirnya diterima langsung oleh jajaran pejabat tinggi negara. Tak tanggung-tanggung, mereka duduk satu meja dengan pihak DPR, Kantor Staf Presiden (KSP), hingga empat menteri kabinet Prabowo Subianto.
Meski berlangsung panas, dialog tersebut menghasilkan tiga kesepakatan penting yang menjadi titik terang perjuangan kaum tani:
1. Membentuk Lembaga Reforma Agraria (RA) sebagai wadah percepatan penyelesaian masalah tanah.
2. Menyusun peta terpadu lintas kementerian dan lembaga, untuk menghapus tumpang tindih lahan yang kerap memicu konflik.
3. DPR sepakat membentuk Panitia Khusus (Pansus) konflik agraria sebagai langkah konkret penyelesaian kasus yang membelit rakyat kecil.
baca juga
Edy Wuryanto Ajak Masyarakat Prioritaskan Obat dan Alkes Buatan Lokal
Suara dari Akar Rumput
Arif Budiman, Dewan Syuro Serikat Petani Pasundan (SPP) asal Pangandaran yang hadir dalam aksi, menegaskan bahwa perjuangan ini jauh dari sekadar seremoni tahunan.
“Kami datang jauh-jauh ke Senayan untuk memastikan suara petani benar-benar didengar. Reforma agraria sejati adalah harga mati. Tanpa itu, jangan bicara kedaulatan pangan,” ujarnya lewat pesan singkat.
Ia menambahkan, perjuangan panjang petani tidak akan berhenti sampai pemerintah benar-benar membuktikan janji yang diucapkan di hadapan publik.
baca juga
Edy Wuryanto: Pengawasan Dapur MBG Lemah, Fokus Terlalu pada Kuantitas.
Senayan Berguncang
Aksi damai yang dimulai sejak pagi hingga sore itu dipenuhi orasi berapi-api, aksi teatrikal perampasan tanah, hingga penampilan seni perlawanan. Kehadiran massa membuat suasana Senayan bergetar, menandai bahwa suara petani dari desa-desa kembali menggema hingga pusat kekuasaan negara.