Scroll untuk baca berita
NasionalSejarah

Sunda dalam Perspektif Geografi: Lebih dari Sekadar Suku, Sebuah Peradaban Tua yang Menyatu

235
×

Sunda dalam Perspektif Geografi: Lebih dari Sekadar Suku, Sebuah Peradaban Tua yang Menyatu

Sebarkan artikel ini
Minggu, (7/9/2025). Dok. Ilustrator newsbidik.com/Browibowo

NEWS BIDIK –SEJARAH.Istilah Paparan Sunda mungkin masih melekat dalam ingatan banyak orang dari pelajaran geografi di sekolah. Istilah ini merujuk pada sebuah daratan purba yang pernah menyatukan wilayah luas di Asia Tenggara, jauh sebelum kepulauan Indonesia terbentuk seperti sekarang.

Daratan besar itu mencakup Sumatera, Semenanjung Malaysia, Thailand, Kamboja, Vietnam, Pulau Jawa, Kalimantan, hingga sebagian Filipina. Kawasan ini dikenal dengan nama Sundaland atau Great Sunda Islands (Kepulauan Sunda Besar). Namun, akibat aktivitas geologi masa lampau-seperti gempa bumi, letusan gunung, hingga naik-turunnya permukaan laut-daratan itu terpisah menjadi pulau-pulau seperti yang kita kenal sekarang.

Selain Sunda Besar, juga terdapat wilayah Sunda Kecil (Lesser Sunda Islands) yang meliputi Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Bahkan pada awal kemerdekaan, Indonesia pernah memiliki provinsi bernama Provinsi Sunda Kecil dengan ibu kota di Singaraja, Bali.

Hingga kini, dalam literatur dan peta internasional seperti Google Maps, istilah Greater Sunda Islands dan Lesser Sunda Islands masih dipakai untuk merujuk pada kawasan geografis tersebut.

Sunda Bukan Sekadar Suku

Bagi sebagian masyarakat Sunda, pengetahuan ini memperluas makna “Sunda”. Sunda bukan hanya nama etnis, melainkan juga filosofi tua yang meliputi wilayah luas sebagaimana peta masa lalu. Dalam pandangan itu, semua manusia adalah saudara dan bagian dari satu kesatuan besar.

Sejarah juga mencatat, Sunda tidak pernah dikenal sebagai kekuatan yang berambisi menyerang, menginvasi, atau menaklukkan suku lain. Karakter itu diwariskan hingga kini, ketika Jawa Barat—sebagai pusat utama masyarakat Sunda—menjadi rumah bagi berbagai etnis dari seluruh Nusantara.

Dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia, Jawa Barat kini berdiri sebagai provinsi yang terbuka. Ia bukan hanya tanah kelahiran orang Sunda, melainkan juga tempat ribuan orang dari berbagai suku datang untuk bersekolah, menuntut ilmu, bekerja, dan mencari kehidupan.

Minggu, (7/9/2025)

Tinggalkan Balasan

Headline

“Makna-makna ini bukan sekadar susunan kata, melainkan paramasabda — doa dan penghormatan kepada kehidupan itu sendiri. Doa yang berlaku untuk diri, siapa pun, apa pun, dan di mana pun kita berada,” ujar Sriono dari Paseban Srimulih, menegaskan bahwa ajaran Swasti Luhur Ing Pribadi merupakan panggilan untuk menumbuhkan kesejahteraan dan kemuliaan dalam diri serta menjaga harmoni dengan sesama dan alam semesta.

Jakarta

“Penundaan pelimpahan berkas dan tersangka Juliet Kristianto Liu dapat menjadi awal yang baik bagi Tim Reformasi Polri untuk membenahi institusi Polri. Ini kasus nyata dan sedang terjadi di depan mata publik, jadi semestinya Tim bentukan Kapolri Listyo Sigit Prabowo segera masuk membenahi Polri melalui kasus tersebut.” — Wilson Lalengke, Alumni Lemhannas RI.

Nasional

“Tanah adat tidak boleh dipermainkan oleh mafia tanah, pejabat, maupun pihak yang bersembunyi di balik dokumen administratif. Apa yang dilakukan Willem RN Buratehi Bewela adalah bentuk perlawanan terhadap praktik manipulasi tanah adat yang merugikan masyarakat Papua,” tegas Wilson Lalengke, alumni Lemhannas RI, menanggapi pencabutan Surat Pelepasan Hak Atas Tanah Adat Marga Bewela di Sorong.