Scroll untuk baca berita
BandungJawa BaratSejarah

R.M.P. Sosrokartono: Sang Jenius Nusantara, Pewarta Perang Dunia, dan Tabib Air Putih yang Dilupakan Sejarah

3169
×

R.M.P. Sosrokartono: Sang Jenius Nusantara, Pewarta Perang Dunia, dan Tabib Air Putih yang Dilupakan Sejarah

Sebarkan artikel ini

NEWS-BIDIK,//Bandung — Namanya barangkali nyaris tenggelam di antara catatan sejarah, padahal prestasinya melampaui zamannya. Drs. Raden Mas Panji Sosrokartono, lahir di Jepara pada 1877, adalah seorang intelektual dan poliglot ulung yang pernah menjadi juru bahasa di Liga Bangsa-Bangsa, organisasi cikal bakal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Sosoknya adalah bukti bahwa Indonesia sejak awal abad ke-20 sudah melahirkan tokoh-tokoh kelas dunia. Rabu. (2/7/2025).

Sosrokartono adalah kakak kandung Raden Adjeng Kartini, tokoh emansipasi perempuan yang namanya lebih populer di buku pelajaran sekolah. Namun tidak banyak yang tahu, Sosrokartono menorehkan prestasi tak kalah hebat. Ia tercatat sebagai orang Indonesia pertama yang menembus Universitas Leiden, Belanda, mengambil jurusan Sastra Oriental — sebuah pencapaian luar biasa di masa kolonial.

Bakat linguistiknya begitu luar biasa. Ia disebut menguasai lebih dari 17 bahasa asing dan sekitar 20 dialek lokal Nusantara, sehingga dijuluki “Manusia Seribu Bahasa”. Kemampuan inilah yang membawanya menjadi juru bahasa resmi Liga Bangsa-Bangsa, menjembatani komunikasi para diplomat dunia.

Tak berhenti di sana, Sosrokartono juga dikenal sebagai wartawan perang. Saat Perang Dunia I meletus, ia menjadi koresponden surat kabar ternama New York Herald Tribune, bahkan turun langsung ke garis depan pertempuran. Sosrokartono tercatat sebagai satu-satunya jurnalis Asia yang meliput langsung tragedi perang tersebut, menuliskan kabar ke dunia dalam perspektif Timur.

Sekembalinya ke tanah air, tawaran jabatan bergengsi berdatangan, namun semua ia tolak. Sosrokartono memilih jalan hidup sederhana di Bandung. Ia mendalami laku spiritual dan membantu orang-orang sakit dengan metode unik: air putih bertuliskan doa. Banyak masyarakat datang dari jauh, berharap kesembuhan dari “air putih doa” yang diyakini penuh mukjizat berkat ketulusan batinnya.

Ia wafat pada 8 Februari 1952, dalam keheningan dan kesahajaan, dimakamkan di TPU Cikendi, Bandung. Makamnya sederhana, bahkan tak banyak orang berziarah atau mengingatnya. Padahal, gagasannya tentang kemanusiaan universal, perdamaian dunia, hingga visi pendidikannya jauh mendahului zamannya — warisan tak ternilai untuk generasi penerus.

Sosrokartono memang bukan sosok yang suka menonjolkan diri. Tetapi jejaknya — dari kampus Leiden, medan perang Eropa, sampai bilik pengobatan rakyat kecil di Bandung — adalah kisah genius Nusantara yang sepatutnya dihidupkan kembali. Di tengah arus zaman, nama R.M.P. Sosrokartono layak disematkan sebagai pelopor intelektual, jurnalis, sekaligus spiritualis Indonesia yang mendunia.

Tinggalkan Balasan