NEWS-BIDIK,//Nganjuk, Jawa Timur Dalam lembaran sejarah spiritual Nusantara, nama Ki Ageng Ngaliman menjadi satu di antara sosok sentral yang membawa cahaya Islam dan nilai-nilai luhur ke pelosok timur Pulau Jawa. Sosoknya tak hanya dikenal sebagai ulama, tetapi juga sebagai pejuang spiritual yang menanamkan ajaran moral dan kebijaksanaan di tengah masyarakat. Kini, makamnya di Desa Ngliman, Kecamatan Sawahan, Kabupaten Nganjuk, menjadi tempat ziarah religius yang ramai didatangi peziarah dari berbagai penjuru Indonesia.
Asal-Usul dan Keturunan Wali
Ki Ageng Ngaliman dipercaya merupakan keturunan dari tokoh besar dalam jaringan Walisongo. Dalam tradisi lisan masyarakat setempat, beliau diyakini masih memiliki garis darah dengan Sunan Giri atau Sunan Ampel, dua tokoh penting dalam penyebaran Islam di Jawa. Nama aslinya diyakini adalah Sayyid Abdul Malik, namun masyarakat mengenalnya dengan nama lokal: Ki Ageng Ngaliman — merujuk pada lokasi domisilinya di wilayah Ngliman, lereng Gunung Wilis.
Kedatangan beliau ke daerah ini tak lepas dari misi dakwah Islam yang lembut, membumi, dan bersinergi dengan adat lokal. Ki Ageng Ngaliman menggunakan pendekatan budaya, seni, dan pertanian dalam menanamkan nilai-nilai Islam, sehingga ajarannya diterima dengan lapang hati oleh masyarakat sekitar.
Perjuangan dan Peran Spiritualitas
Dalam konteks sosial keagamaan, Ki Ageng Ngaliman dikenal sangat arif dan sederhana. Beliau bukan hanya seorang penyebar Islam, tetapi juga guru kehidupan. Pengajarannya berakar kuat pada tauhid, kesederhanaan, dan kesadaran sosial. Ia mengajarkan bahwa agama tak sekadar ibadah ritual, tapi harus membentuk akhlak dan memperbaiki hubungan manusia dengan sesama dan dengan alam.
Selain menyebarkan Islam, Ki Ageng Ngaliman juga berperan sebagai mediator sosial di masa-masa konflik kecil antarkelompok lokal. Keberadaannya menjadi simbol pemersatu dan pembawa ketenangan. Tak jarang, orang-orang datang bukan hanya untuk belajar agama, tapi juga untuk meminta nasihat dan solusi atas persoalan hidup.
Peninggalan dan Pengaruh hingga Kini
Warisan spiritual Ki Ageng Ngaliman masih lestari. Di lereng Gunung Wilis, terdapat situs makam beliau yang kini menjadi lokasi religi dan ziarah. Setiap malam Jumat Legi atau menjelang bulan Suro, ribuan peziarah datang membawa harapan, doa, dan permohonan keselamatan. Tradisi ini dikenal sebagai “tirakatan ngaliman”, yakni momen refleksi batin dan mendekatkan diri pada Tuhan.
Tidak hanya itu, ajaran beliau terus diwariskan oleh para penerusnya yang masih aktif mengajarkan nilai-nilai tasawuf, toleransi, dan cinta tanah air. Banyak tokoh agama lokal hingga kiai pesantren menyebut Ki Ageng Ngaliman sebagai teladan spiritual yang relevan sepanjang masa.
Makna bagi Generasi Muda
Keteladanan Ki Ageng Ngaliman menjadi penting untuk dikenang, terutama dalam era modern yang sering kali mengikis nilai-nilai kearifan lokal dan spiritualitas. Generasi muda diajak mengenali akar sejarah agamanya, tidak hanya dalam konteks ibadah, tetapi juga dalam nilai kemanusiaan, perdamaian, dan pemberdayaan sosial.
“Ziarah ke Ngaliman bukan sekadar ritual, tapi juga upaya menyambung silsilah batin dengan leluhur yang menanamkan nilai-nilai kebaikan. Kita belajar hidup jujur, rendah hati, dan bermanfaat bagi sekitar,” ujar Mas Ibnu , salah satu peziarah.asal Nganjuk.
Penutup
Reporter: Religi.Browibowo.
Editor: Eedaktur
Lokasi: Ngliman, Nganjuk – Jawa Timur
Tanggal: Kamis, 19 Juni 2025