Scroll untuk baca berita
Papua PegununganSejarah

Munajat di Puncak Sakral: Spiritualitas Gunung Lawu untuk Kedamaian Bumi Cenderawasih

62
×

Munajat di Puncak Sakral: Spiritualitas Gunung Lawu untuk Kedamaian Bumi Cenderawasih

Sebarkan artikel ini

NEWS-BIDIK,//Jayapura — Dalam semangat menjaga persatuan dan kedamaian Nusantara, seorang tokoh spiritual dan pemangku gunung, Senopati Agung Gunung Lawu, Amurwo Bumi, melakukan perjalanan spiritual menuju tanah Papua. Ia menapaki lereng dan hutan lebat Gunung Cycloop, gunung yang disakralkan masyarakat setempat, untuk melaksanakan ritual khusus dan munajat doa demi kedamaian Tanah Cenderawasih.

Kehadirannya bukan semata perjalanan fisik, melainkan perjalanan batin yang sarat makna. Dengan mengenakan pakaian adat Jawa dan membawa sesaji khusus, Amurwo Bumi memulai ritual dengan penuh khidmat, memanjatkan doa kepada leluhur tanah Papua, memohon agar Bumi Cenderawasih kembali teduh dalam naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

“Ini adalah panggilan jiwa. Ketika Ibu Pertiwi bersedih, kita yang merasa memiliki kewajiban menjaga keseimbangan harus datang, menyatu dengan alam dan ruh para leluhur,” ujar Amurwo Bumi usai ritual yang dilakukan menjelang matahari terbit, di salah satu titik sakral kawasan Gunung Cycloop. Jum’at  (30/5/2025).

Gunung Cycloop sendiri memiliki nilai spiritual tinggi bagi masyarakat Papua. Bahkan dalam sejarah, Presiden pertama RI, Ir. Soekarno, pernah melakukan munajat di gunung ini dalam masa-masa penting perjuangan bangsa. Jejak spiritualitas itu kini kembali dihidupkan oleh Amurwo Bumi, dalam konteks kekinian yang tengah menghadapi tantangan persatuan dan pergolakan sosial.

Ritual ini mendapat sambutan hangat dari tokoh-tokoh adat setempat yang menganggap bahwa silaturahmi spiritual antar anak bangsa adalah bentuk nyata menjaga keberagaman dan keharmonisan.

“Kami melihat ini sebagai wujud nyata cinta dan kepedulian dari saudara-saudara di tanah Jawa untuk Papua. Doa yang tulus adalah kekuatan yang menyatukan,” ungkap salah satu tokoh adat Sentani yang turut hadir menyaksikan ritual.

Di tengah situasi Papua yang kini kembali diwarnai ketegangan, kehadiran tokoh spiritual seperti Amurwo Bumi menjadi pengingat bahwa ikatan batin Nusantara jauh melampaui batas administratif. Persatuan tidak hanya dijaga dengan hukum dan politik, namun juga melalui jalan sunyi spiritualitas dan penghormatan pada leluhur.

Sebagaimana dahulu Bung Karno pernah menapaki tanah suci ini untuk berdoa bagi masa depan bangsa, kini jejak itu kembali terpatri. Sebuah pesan bahwa damai adalah tugas bersama, dan doa adalah senjata luhur para penjaga Ibu Pertiwi.

Tinggalkan Balasan

× Hubungi Kami